Amborasa, Papan Permainan untuk Mengenal Rempah-rempah Khas Nusantara

Indonesia sudah dikenal sebagai negara dengan rempah-rempah yang melimpah. Saking melimpahnya, pada zaman penjajahan berbagai negara di dunia berambisi dan berburu untuk menguasai rempah-rempah yang ada di Indonesia.

Hingga saat ini, rempah khas Indonesia masih menarik perhatian dunia. Terbukti dari tingginya produk rempah-rempah khas Indonesia yang banyak diekspor ke berbagai negara, seperti lada, cengkeh, pala, hingga kayu manis.

Sayangnya kekayaan rempah yang dimiliki Indonesia tak banyak dipahami anak muda. Ini terjadi karena kebanyakan anak muda enggan untuk memasak menggunakan rempah-rempah khas Indonesia. Berangkat dari keresahan terhadap anak muda yang jarang memasak, karena lebih memilih pesan makanan online atau menggunakan bumbu instan, mendorong Fiorella Chelsea membuat Amborasa.

"Amborasa adalah board game atau papan permainan sebagai media edukasi untuk mengenalkan rempah-rempah Indonesia kepada anak muda," tutur calon wisudawan Desain Komunikasi Visual Petra Christian University (PCU), Kamis (5/9).

Karya inovatif berjudul 'Perancangan Board Game sebagai Media Edukasi untuk Mengenalkan Rempah-Rempah Indonesia kepada Generasi Z' dibuat Fiorella untuk ujian kelulusannya.

“Lewat karya ini, saya ingin mengenalkan rempah-rempah Indonesia baik dari wujud, cara pengolahan, dan biasa digunakan untuk masakan apa saja,” terang Fiorella.

Uniknya, board game buatan gadis asli Surabaya ini juga memiliki miniatur replika rempah yang ia buat dengan menggunakan clay. Tujuannya untuk membantu pengguna board game mengenali wujud rempah sesungguhnya walaupun tidak memegang objek aslinya.

Terdapat pula kartu resep dan papan dapur berisi teknik pengolahan rempah dari resep masakan Nusantara. Lewat karya ini, Fiorella pun berhasil meraih predikat cumlaude.

Setelah riset dan wawancara bersama pakar kuliner Indonesia hingga board game designer, akhirnya Fiorella bisa membuat permainan seru dan unik ini.

“Board game ini bisa dimainkan tanpa terasa sedang ‘belajar’ dan tanpa terkesan menggurui si pengguna,” tukasnya.