Jakarta -
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) masih memiliki rencana untuk melakukan pembelian kembali saham (share buyback) di pasar modal dengan target mencapai US$ 200 juta atau setara dengan Rp 3,2 triliun dalam setahun ke depan.
Rencana ini sudah mendapatkan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 11 Juni 2024 lalu dengan periode sejak 12 Juni 2024 sampai dengan 11 Juni 2025.
Berdasarkan laporan keuangan GOTO per Juni 2024, GOTO diketahui sudah melakukan pembelian kembali saham perusahaan di publik sebanyak 3.825.000.000 saham seri A dengan nilai mencapai Rp 198,40 miliar. Artinya, GOTO masih memiliki anggaran cukup untuk mengeksekusi buyback sebesar sekitar Rp 3 triliun lebih, sesuai dengan persetujuan pemegang saham.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak diungkapkan berapa harga pembelian saham GOTO di pasar, tetapi jika menghitung dari jumlah rupiah, rata-rata harga pembelian di angka Rp 52/saham. Pada perdagangan Rabu 7 Agustus 2024, jelang penutupan sesi 2, saham GOTO bergerak naik di Rp 51/saham dengan nilai transaksi Rp 53 miliar.
Dalam laporan BEI, 9 Juli 2024, terungkap GOTO memang sudah mengeksekusi buyback tahap pertama Juni 2024 dengan membeli 3,82 miliar saham seri A atau setara 0,32% dari total saham beredar GOTO. Hal ini terlihat dari penambahan saham treasuri hasil buyback.
Saham hasil buyback lazimnya akan masuk ke dalam pos saham treasuri perseroan. Mengacu laporan keuangan Juni 2024, saat ini jumlah saham treasuri sebanyak 123.716.132.390 (123,72 miliar saham) dengan saham beredar 1.201.409.662.836 (1,20 triliun saham).
Saham GOTO saat ini terbesar dipegang investor publik (di bawah 5%) untuk seri A dan B sebanyak 83,01%, sisanya SVT GT Subco Singapore Pte Ltd 8,45% dan Taobao China Holding Limited 8,21%. Saham seri B adalah saham dengan hak suara multipel (multiple voting share/MVS) yang diperuntukkan untuk para pihak yang berkontribusi besar kepada perusahaan termasuk founder.
Analis menilai sentimen buyback yang akan menjadi salah satu perhatian investor ke depan. "Kami melihat ini sebagai langkah positif ke depan bagi perusahaan [GOTO] karena ini menunjukkan komitmen mereka untuk memberikan nilai ke pemegang sahamnya," kata Analis Riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christopher Rusli, dalam riset 19 Juli 2024.
Sementara itu, Patrick Walujo, Direktur Utama GOTO, menjelaskan inisiatif share buyback senilai maksimal US$ 200 juta merupakan bukti kemajuan yang dicapai oleh GoTo seiring implementasi strategi untuk pertumbuhan lebih cepat serta berkelanjutan.
"Dengan arus kas yang terus membaik serta adanya nilai yang signifikan pada saham kami, kami percaya bahwa share buyback adalah langkah yang bijak, seiring upaya memastikan bahwa sumber daya perseroan dimanfaatkan secara efisien," katanya, dalam siaran pers, 20 Mei lalu.
Target Titik Impas
Berdasarkan laporan performa terbaru, GOTO mencatatkan EBITDA grup yang disesuaikan (proforma) pada Q2-2024 (3 bulan) mengecil menjadi rugi EBITDA Rp 48 miliar, membaik 95% dari periode yang sama tahun lalu rugi EBITDA Rp 885 miliar.
Perhitungan ini adalah kalkulasi proforma yang menghitung seolah-olah Tokopedia dan usaha pengiriman dan fulfillment di bawah GoTo Logistics (GTL) yang terkait dengannya telah didekonsolidasi sejak 1 Januari 2023.
Secara 6 bulan berjalan, rugi EBITDA grup yang disesuaikan juga membaik 92% menjadi rugi EBITDA Rp 150 miliar dari periode yang sama tahun lalu rugi EBITDA Rp 1,78 triliun.
Akhir tahun ini GOTO menargetkan mampu mencatatkan EBITDA grup yang disesuaikan positif atau impas (break-even) untuk keseluruhan tahun buku 2024.
Dalam 6 bulan, untuk perhitungan proforma, pendapatan bruto Grup GoTo naik 28% menjadi Rp 8,43 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 6,60 triliun. Pendapatan bersih juga naik 87% menjadi Rp 6,60 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 3,52 triliun.
Sementara itu, untuk perhitungan aktual, pendapatan bruto 6 bulan menjadi sebesar Rp 9,71 triliun, dan pendapatan bersih GOTO naik 12% menjadi Rp 7,74 triliun dari sebelumnya Rp 6,88 triliun.
(rrd/rir)