PEMBUNUHAN pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dirancang dan dilaksanakan oleh Israel dengan dukungan Amerika Serikat (AS). Operasi senyap ini menggunakan proyektil jarak pendek.
Dilansir dari Anadolu, Sabtu (4/8), Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran menyebut pembunuhan itu sebagai aksi teroris dan bersumpah akan memberikan hukuman berat.
Haniyeh dibunuh pada Rabu (31/7) dini hari di kediamannya di ibu kota Iran, Teheran, dalam sebuah serangan misterius. Pejabat Iran dituduhkan dilakukan oleh musuh bebuyutan mereka, Israel.
Baca juga : AS Kirim Jet hingga Kapal untuk Lindungi Israel
Pengawal pribadi Haniyeh juga tewas. Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
Upacara pemakaman Haniyeh dipimpin oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Kamis pagi, diikuti oleh prosesi besar-besaran. Ia dimakamkan pada Jumat di Doha, Qatar, Jumat (3/8).
IRGC mengatakan penyelidikan menemukan operasi teroris melibatkan penembakan proyektil jarak pendek dengan hulu ledak seberat sekitar 7 kilogram, disertai ledakan besar, dari luar tempat Haniyeh menginap.
Baca juga : Ismail Haniyeh Disebut Tewas akibat Bom yang Disimpan Lama
Pernyataan tersebut menambahkan darah Haniyeh akan dibalaskan dan Israel akan menerima tanggapan yang tegas pada waktu, tempat, dan cara yang tepat. Ketegangan meningkat di tengah spekulasi bahwa Iran sedang mempersiapkan respons militer terhadap pembunuhan Haniyeh yang cakupannya lebih besar daripada operasi menyusul serangan terhadap Konsulat Iran di ibu kota Suriah, Damaskus, pada April.
Dalam reaksinya terhadap insiden itu, Khamenei mengatakan Iran menganggapnya sebagai kewajiban untuk membalas darah tamu terhormat, dan bersumpah untuk memberikan hukuman berat.
Pezeshkian juga mengutuk pembunuhan tersebut, dan berjanji untuk mempertahankan integritas teritorial, kehormatan, dan martabat negara. (I-2)