KELENGKAPAN alat kesehatan masih menjadi masalah pemerintah untuk melakukan transformasi kesehatan. Banyak pasien harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar karena fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar rumahnya belum terpenuhi. Sehingga pasien harus memerlukan waktu dan biaya ekstra untuk pengobatan diri maupun keluarganya.
"Ada 4 penyakit dengan pembiayaan tertinggi di rumah sakit antara lain pembuluh darah, kanker, stroke, dan ginjal maka kita harus lakukan program pendataan agar rumah sakit memiliki fasilitas yang lengkap untuk melakukan perawatan pasien, agar tidak lagi dirujuk ke rumah sakit yang jauh dari kota asal pasien," kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono di Kantor Bupati Boyolali, Jumat (9/8).
Baca juga : Cegah Peredaran Alat Kesehatan Palsu, idsMED Gelar Talkshow dan Edukasi
Ia mencontohkan seperti rumah sakit di Boyolali agar rumah sakit sekitarnya memiliki berbagai alat dari Kemenkes seperti CT scan, kateterisasi, mesin penghancur batu ginjal, video urodynamic testing, hingga laser.
"Namun pemerintah daerah juga memiliki tugas untuk menyediakan SDM yang bisa mengoperasikan alat kesehatan tersebut," ucapnya.
Ditemui terpisah Dokter spesialis urologi RSUD Pandan Arang Boyolali, dr Nicolous Kresna Harimurti mengatakan alat bantu urologi yang direncanakan diberikan dari Kemenkes akan sangat membantu masyarakat sekitar karena pasien tidak lagi dirujuk ke kota-kota sekitar Boyolali.
Baca juga : Solusi Digital Indibiz Bantu Oetomo Hospital TIngkatkan Layanan Pasien
Ia menjelaskan selama ini pasien sudah tertangani dengan baik. Boyolali memiliki lokasi geografis yang tidak merata di ujung banyak dan dikelilingi kota yang cukup besar seperti Klaten, Surakarta, dan Salatiga sehingga pasien memiliki opsi ke wilayah lain.
Kebutuhan urologi di Boyolali adalah ada laser Extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) untuk memecah batu ginjal, satu lagi video urodynamic testing untuk mengevaluasi dari pancaran kencing pasien. Selama ini, tidak ada alat itu beberapa misalnya pasien ESWL itu dirujuk tapi karena ada alat yang utama ada alat itu maka gak masalah, langsung bisa dikerjakan.
Sementara jika pasien yang harus dirujuk pasti menemui kendala, baik biaya maupun waktu. Pasien cenderung menunda pengobatan rujukan ke rumah sakit sekitar karena malas atau biaya yang digunakan untuk keperluan lain.
"Selama mereka ada kesulitan tetap kami kontrol dan evaluasi lebih lanjut. Sebenarnya dengan alat yang ada, standarnya kita melayani dengan baik. Yang tadi disebutkan itu pelengkap komplementer supaya untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan," ungkapnya.
"Saya pribadi untuk di sini untuk polikliniknya melayani sekitar 10 sampai 30 pasien urologi per hari. Sementara untuk operasinya sebulan rata-rata 40-50 operasi," pungkasnya. (Z-8)