Jakarta -
PT Astra International Tbk berpartisipasi dalam Festival LIKE 2 yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK), di JCC Senayan, 8-11 Agustus 2024. Partisipasi Astra dalam event ini yaitu menerapkan Astra 2030 Sustainability Aspirations.
Dalam agenda ini, Astra memamerkan instalasi stasiun pengisian kendaraan listrik (SPKLU) yang merupakan bagian dari Astra Otoparts. Marketing EV charging Business PT Astra Otoparts Tbk Ahmad Sarip mengatakan alasan pihaknya ingin berpartisipasi dalam Festival LIKE 2.
"Kenapa Astra hadirkan SPKLU di sini? Bahwa kita akan bawa sustainable energy, teknologi untuk masa depan," ujar Sarip, dalam kepada detikcom, Jumat (9/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satunya adalah kendaraan berbasis listrik," sambungnya.
Sarip mengatakan pihaknya memiliki dua brand SPKLU, di antaranya Altro dan Astra Otopower. Adapun kapasitas yang dihadirkan oleh charging station mulai dari 7 kilowatt (kW) hingga 180 kW.
"Kami mengikuti ekosistem perkembangan teknologi dari SPKLU ini. Untuk charger station nya kita sudah develop dari 2008, sebelum hype-nya kendaraan listrik," kata Sarip.
Saat ini, pihaknya juga tengah men-develop kapasitas 240 kW. Sementara, saat ini charging station Astra sudah ada 37 unit yang tersebar di 32 lokasi di seluruh Indonesia.
"Targetnya saat ini kita akan mem-follow regulasi pemerintah. Terutama untuk mengembangkan ekosistemnya dari kendaraan listrik tersebut," kata Sarip.
"Dari wilayah paling barat Indonesia di Aceh, sampai saat ini yang paling jauh di Manado," imbuhnya.
Charging Station Astra Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Ke depannya, Sarip berharap unit SPKLU bisa terus bertambah. Sebab, saat ini mayoritas pengguna kendaraan listrik datang dari Pulau Jawa dan Bali.
"Secara infrastruktur, listrik dan sebagainya masih memadai di Pulau Jawa ini. Terutama di kota-kota besar ya," ucapnya.
Berbeda dengan charging station lainnya, keunggulan dari charging station Astra yaitu lebih efisien. Pengguna tidak perlu meng-install aplikasi di ponsel untuk mengisi daya mobil listrik.
"Sebenarnya kita pakai basis web basis ya. Keunggulannya, kita nggak perlu instalasi dari aplikasi," tutur Sarip.
"Kita tinggal scan QR ke charger, itu langsung masuk ke web kita," imbuhnya.
Alasan Astra menerapkan web basis di charging station-nya agar lebih efisien dan nyaman bagi pengguna. Terkait harganya, Sarip mengatakan pihaknya akan mengikuti regulasi pemerintah.
"Pemerintah itu per kWh-nya di Rp 2.466, kita akan mengikuti HET (Harga Eceran Tertinggi)-nya dari pemerintah yang telah ditetapkan," pungkasnya.
(hnu/ega)