GUNA mendukung target pemerintah dalam mencapai target Net Zero Emission 2060, berbagai pihak perlu berkolaborasi dan melakukan inovasi, tak terkecuali perusahaan. Salah satu perusahaan yang turut berkontribusi ialah PT Pertamina Persero. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi, Pertamina membuat avtur dari minyak jelantah dan batok kelapa.
"Mudah-mudahan tahun ini Pertamina akan menghasilkan minyak avtur, nanti akan ada produk Pertamina yang dihasilkan dari minyak goreng bekas. Minyak goreng bekas jangan dibuang ke sink, jangan dibuang ke got, nanti dikumpulkan, nanti kita bikin bioavtur," kata Senior Vice President PT Pertamina Oki Muraza di Festival LIKE 2, Jumat (9/8).
Perjalanan Pertamina sustainable aviation fuel (SAF) telah diinisiasi sejak tahun 2010 melalui research & technology innovation Pertamina, dengan melakukan riset pengembangan produk dan katalis. Pada tahun 2021, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap dengan teknologi Co-Processing dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), atau minyak inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau, dengan kapasitas 1.350 kilo liter (KL) per hari.
Baca juga : Sustainable Aviation Fuel, Bioavtur Pertamina untuk Penerbangan Ramah Lingkungan
Hasil dari serangkaian pengujian yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa performa SAF J2.4 memiliki kualitas yang sama dengan avtur konvensional.
Menurut Oki, saat ini kebutuhan avtur di Indonesia yakni sebesar 6 juta kiloliter per tahun. Dengan tersedianya berbagai bahan baku yang bisa dimanfaatkan, Oki pun optimistis Indonesia bisa menjadi negara penghasil bioavtur terbesar di dunia. "Insya Allah akhir tahun ini kita targetkan mudah-mudahan bisa dipakai oleh Pelita Air," pungkas Oki.