Jakarta -
Teknologi co-firing terus digenjot oleh PT PLN (Persero) di pembangkitnya untuk menghasilkan energi ramah lingkungan. Tak hanya itu, teknologi ini terus didorong untuk mengakselerasi ekonomi kerakyatan dengan melibatkan masyarakat.
Ditemui di Festival LIKE 2, Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi menjelaskan dari total 52 PLTU yang ada, 43 PLTU di antaranya sudah berhasil menerapkan teknologi co-firing dengan 1 juta ton pemakaian biomassa di 2023 dan 1,04 TWh produksi green energi. Hal ini berhasil menurunkan emisi sebesar 1,05 Ton C02e si 2023.
Ditargetkan pada 2025, total 52 PLTU bisa menerapkan teknologi co-firing dan memanfaatkan biomassa. Adapun pemanfaatan biomassa ini turut melibatkan masyarakat dan diharapkan bisa menghasilkan Rp 9,43 T/tahun skala ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Evy mencontohkan penerapan teknologi co-firing yang mendorong ekonomi kerakyatan ini telah dilakukan bekerja sama dengan pemerintah DIY.
"Kita dengan pemda melibatkan 300 masyarakat yang menanam sekitar 50.000 bibit (tanaman). Diharapkan dari hasil yang didapatkan ada sekitar 66 juta ton pakan ternak per tahun bisa dihasilkan, dan excessnya ada 126 ton digunakan untuk biomass," ungkap Evy di JCC Senayan Jakarta, Jumat (9/8/2024).
"Dengan demikian masyarakat yang tadinya hanya memanfaatkan tanaman untuk pakan ternak, itu juga bisa digunakan jadi tambahan pendapatan untuk energi," sambungnya.
Diketahui, dukungan Pemda dan Kesultanan Yogyakarta membantu memanfaatkan lahan tidur atau lahan kritis di Kabupaten Gunung Kidul untuk menanam tanaman energi. Selain bisa membuat lahan tidur ini menjadi lahan hijau, masyarakat juga bisa merasakan manfaat dari pengelolaan hutan energi ini.
Adapun 50 ribu bibit pohon energi yang ditanam meliputi tanaman Kaliandra, Gamal, dan Tarum. PLN tak hanya menanam, tapi juga melakukan pendampingan kepada masyarakat mengenai cara mengelola hutan energi. Serta mendukung masyarakat mengelola ternak di sekitar hutan energi agar mampu menjadi rantai pasok biomassa.
"Tentunya ini akan dilakukan di banyak tempat (tak cuma di DI Yogyakarta). Tapi kita punya target (melibatkan) sekitar 1,25 juta pelanggan/masyarakat di tahun 2025," tandasnya.
(akd/ega)