ASOSIASI Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Wilayah V bersama Smile Train Indonesia, RSUP dr Ben Mboi Kupang menggelar
seminar bertajuk Mengenal Bibir Sumbing dan/atau Langit-Langit dan Tahapan Tata Laksananya di Kupang, Jumat (20/9).
Seminar ini melibatkan FKKH Universitas Nusa Cendana (Undana), FK Universitas Jember, dan Asosiasi Mahasiswa Kedokteran (AMSA) Undana.
Seminar digelar di RSUP dr Ben Mboi Kupang dan dilanjutkan dengan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit secara gratis bagi 29 anak yang akan berlangsung sampai Minggu (22/9).
Baca juga : Mengenal Teknologi Telerobotik untuk Operasi Urologi Jarak Jauh
Seminar ini merupakan bagian dari edukasi pertama kalinya kepada 50 orang terdiri dari dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di
fasilitas kesehatan tingkat pertama di seluruh Pulau Timor dan daerah sekitarnya.
"Harapan ke depan, penanganan bibir sumbing tidak hanya menyelesaikan pasiennya, tetapi juga edukasi, dan yang kita kerjakan ini edukasi
pertama kali untuk dokter dan tenaga kesehatan," kata Ketua AIPKI Wilayah V dokter Yuyun Yueniwati kepada wartawan di sela-sela seminar tersebut.
Setelah edukasi ini, lanjutnya, edukasi yang sama bakal diberikan kepada masyarakat
Baca juga : Ini yang Dimaksud dengan Bibir Sumbing dan Lelangit Serta Cara Mengobatinya
"Ke depan masarakat umum untuk mengetahui dan tidak hanya menyelesaan masalahnya, tetapi menyelesakan penyebabnya," jelasnya.
Adapun bakti sosial operasi bibir sumbing dan/atau langit-langit (cleft lip and/or palate) ini untuk memberikan kesempatan kepada pasien menjalani operasi korektif guna memperbaiki penampilan fisik, serta fungsi mulut (kemampuan berbicara, makan, dan bernapas dengan normal).
Dengan demikian, bakti sosial ini memiliki dampak jangka panjang yang signifikan bagi kehidupan para pasien. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penanganan bibir sumbing sejak dini.
Baca juga : Koalisi Masyarakat Sipil Terus Mendesak DPR Sahkan RUU PPRT
"Seminar akan memberikan gambaran gambaran mengenai tata laksana multitahap dan multidisiplin, sehingga apabila menemui pasien dengan sumbing bibir dan langit-langit, kami harapkan teman-teman di fasilitas kesehatan tingkat pertama ini dapat melakukan intervensi dasar dan merujuk apabila ada indikasi untuk merujuk," kata Koordinator Seminar Robertus Arian.
Dengan demikian, lanjutnya, rujukan pasien dilakukan pada tahapan tempat dan waktu yang tepat sehingga di tingkat pelayanan yang lebih
lanjut,dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
"Harapannya tidak hanya berdampak pada sumbing bibirnya saja, tetapi juga berdampak pada tumbuh kembang anak agar dapat mencapai potensi optimalnya sebagai anak Indonesia," imbuhnya. (PO/J-3)