SERANGAN udara Israel berlangsung secara intensif pada Kamis (19/9) terhadap beberapa kota di Libanon selatan di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang meningkatnya konflik antara Hizbullah dan Tel Aviv. Ketegangan ini terjadi setelah dua gelombang ledakan yang menargetkan perangkat nirkabel di Libanon yang mengakibatkan 37 kematian dan ribuan orang terluka.
Lebih dari 50 serangan udara terjadi di kota-kota di Libanon selatan. Kantor Berita Nasional Libanon melaporkan bahwa pesawat tempur melakukan serangkaian serangan di daerah Mahmoudiyeh dekat desa Aaichiyeh dan Kasarat al-Aroosh di daerah Jezzine.
Pesawat musuh Israel meluncurkan sepuluh rudal ke arah wilayah Birket Jabbour, dilansir Anadolu, Jumat (20/9). Dalam insiden terpisah, empat orang terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan kota Hanniyeh di distrik Tyre di Libanon selatan, menurut Kementerian Kesehatan.
Baca juga : Israel Serang Libanon Selatan
Kementerian tersebut mencatat bahwa mereka yang terluka termasuk tiga warga Palestina dan seorang warga negara Libanon. Sementara itu, Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan Kamis malam bahwa mereka menargetkan situs militer Israel di Metula di Israel utara dengan rentetan roket Falaq.
Setelah serangan itu, wali kota Metula mengatakan roket yang diluncurkan dari Libanon selatan mengakibatkan beberapa kebakaran dan menyebabkan kerusakan signifikan pada rumah-rumah, menurut Yedioth Ahronoth.
Dalam pernyataan lain, kelompok Libanon itu mengatakan mereka juga menyerang markas komando Batalyon Shomera di Israel utara dengan salvo roket Katyusha. Sementara itu, tentara Israel mengatakan mereka menyerang 30 peluncur Hizbullah yang siap menembakkan 150 roket ke Israel.
Baca juga : Hizbullah Janji Balas Tindakan Israel
Ketegangan antara Israel dan Hizbullah meningkat dalam beberapa hari terakhir menyusul gelombang ledakan pada hari Rabu yang memengaruhi perangkat nirkabel “ICOM” di seluruh Libanon, yang mengakibatkan 25 kematian dan 450 luka-luka.
Ledakan tersebut menyusul ledakan serupa hari Selasa yang mengenai perangkat pager, yang menyebabkan 12 orang tewas, termasuk dua anak-anak, dan melukai 2.800 orang lainnya, sementara 300 orang dalam kondisi kritis.
Pemerintah Libanon dan Hizbullah menganggap Israel bertanggung jawab atas ledakan pager tersebut, dan mengancamnya dengan konsekuensi yang berat.
Belum ada komentar dari Israel mengenai ledakan itu, yang terjadi di tengah meningkatnya perang lintas-perbatasan antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya perang mematikan Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.300 korban, kebanyakan wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas-perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober lalu. (I-2)